Demo Site
SEJARAH KOTA SINGKAWANG RUMAH MARGA TJHIA SEMBAHYANG KUBUR
PASIR PANJANG SINKA ISLAND PULAU SIMPING
KERAMIK SAKOK

Friday, April 30, 2010

RUMAH KUNO MARGA TJHIA ( BERUSIA LEBIH DARI 1 ABAD



Sebuah bangunan ala Tiongkok kuno terletak di belakang deretan bangunan ruko baru JI. Budi Utomo, Singkawang. Tepatnya rumah No.36 ini di ujung jalan menuju tepi sungai. Di antara bangunan baru begitu banyak dalam kota Singkawang, bangunan tersebut masih kokoh berdiri selama ratusan tahun sampai sekarang. Bentuknya yang mirip “Si he yuan” (bangunan khas Tiongkok utara) ini justru memberikan kesan bersahaja dan sedikit kesuraman karena terkikis hantaman cuaca selama ratusan tahun.


Sebuah bukti nyata bersejarah yang mencatat leluhur orang Tionghoa turut membangun negara Indonesia yang indah permai dan subur ini sejak zaman dulu dengan susah payah, bergotong-royong dan gigih tanpa pamrih.

Lebih seratus tahun silam, karena terjadi kelaparan sangat parah akibat bencana alam dan ulah manusia, desa Jian Mei, Kabupaten Hai Cang, sebuah desa kecil pesisir kota Amoy, Fujian Tiongkok. Seorang petani remaja bernama Xie Shou Shi (dialek Singkawang: Chia Siu Si) tidak sudi mati kelaparan tanpa berusaha. Lalu memutuskan mengarungi lautan bersama beberapa teman sekampung halaman menuju Asia Tenggara, mencari kehidupan baru demi diri sendiri, keluarga maupun kampung halaman.

Dalam perjalanan yang penuh resiko tenggelam dan hidup atau mati di lautan luas, dengan hanya berbekal tekad dan kepercayaan diri mereka terdampar di semenanjung Malaya (kini Malaysia). Mereka bekerja di rumah seorang berada sebagai kuli, sebenarnya sudah bersyukur dapat tempat terlindung namun tidak berselang lama terjadilah peristiwa kerusuhan. Mau tidak mau, Xie bersama beberapa kuli melarikan diri dengan perahu layar dan akhirnya tiba di Sungai Singkawang yang ketika itu dikuasai Belanda.

Kota Singkawang pada seratus tahun lalu masih merupakan dusun kecil sunyi sepi yang belum digarap, penuh hutan belantara namun berpenduduk minim. Belum ada jalan raya, yang ada hanya jalan tikus menghubungkan beberapa gubuk yang langka. Transportasi hanya mengandalkan sepeda dan pedati, sebuah sungai yang mengalir di tengah-tengah “kota” merupakan jalur utama satu-satunya untuk pengangkutan materi ke dunia luar.

Setelah tiba di tanah subur ini dalam hati Xie berkobar lagi harapan kehidupan yang membara. Dia berkhayal malah seolah-olah sudah melihat hari depan yang cerah. Walau dalam kondisi serba kekurangan, hanya dengan keyakinan dan kecerdasan beserta kedua tangannya yang giat bekerja, dia berusaha keras mengarap tanah tidur mulai subuh hingga malam. Dalam waktu relatif singkat, dia diakui dan didukung saudara-saudara suku lain dan penguasa Belanda setempat.

Dia berhasil menanam fondasi usaha awal yang kokoh. Belantara tidur semula sudah disulap menjadi beberapa kebun karet, kebun kelapa maupun kebun buah-buahan. Selain mengembangkan palawija yang bernilai ekonomis, bahkan sudah mendorong perkembangan ekonomi setempat. Meningkatkan pendapatan semua orang yang terlibat dan menyejahterakan kehidupan masyarakat pada umumnya. Kemudian Xie berhasil membangun suatu armada, mengangkut hasil bumi maupun produk hasil dan kebun karet dan kebun kelapa menuju Singapura sebagai komoditi ekspor.

Seiring perkembangan ekonomi pertanian dan perkebunan dengan pesat di Singkawang, mengakibatkan penambahan tenaga kerja dengan cepat pula. Sebuah dusun kecil yang tandus kini sudah menjadi bandar dagang yang ramai manusia berlalu lalang dengan kegiatan. Xie Shou Shi sudah menjadi seorang tersohor dan penting di mata masyarakat maupun pejabat setempat.

Pada tahun 1901 setelah dapat tanah hibah dari pejabat pemerintahan koloni Belanda, Xie mendatangkan arsitek dari kampung halaman di Fujian, membangun sebuah rumah besar di pesisir sungai yang penuh kesibukan transportasi sungai. Hingga kini rumah besar yang dikenal sebagai rumah besar Hiap Sin ini merupakan bangunan ala kombinasi timur barat satu-satunya yang tertua dan masih berdiri kokoh di kota Singkawang.

Dalam kondisi ratusan tahun silam, alat pembangunan waktu itu tentu berbeda jauh dengan masa sekarang. Berdirinya bangunan yang bak kastil ini sepenuhnya dirampungkan tukang dengan gigih dan susah payah dengan hanya mengandalkan peralatan sederhana dan kecerdasan. Di samping itu juga bangunan tradisional Tionghoa bercorak ala kombinasi timur barat, boleh dikatakan sebagai hasil kawin teknologi pembangunan corak ketimuran dan kebaratan. Semua bahan bangunan dari kayu, bahkan atap sirap pun dibuat dari belahan tipis kayu ulin.

Bangunan besar dengan luas lebih dari 5000 m2 ini berdudukan posisi timur menghadap ke arah barat, berlantai dua di pintu utama dan kedua sisinya. Sebuah bendungan besar di sisi sungai yang sangat penting untuk lalu lintas menuju laut, membangun pula sebuah dermaga bongkar muat barang di sana. Pesisir sungai sekitarnya dibendung dengan kokoh.

Rumah besar ini memiliki dua ruangan besar bagian depan dan belakang yang penuh ornamen dan ukiran maupun kaligrafi berwarna emas di setiap ambang pintu. Tulisan “Bao Shu” tergantung di tengah-tengah ruangan lantai dua. Tulisan “Jing Xing” dan “Qing Yun” terpampang di kiri-kanannya sedangkan di kiri kanan pintu lantai satu masih ada tulisan “Pei Lan” dan “Yu Zhu”. Sisi kiri tertulis “Ju Ren” dan sisi kanan “You Yi” di bagian belakang ruangan depan.

Dalam ruangan depan tersusun satu set meja kursi berkesan sangat mewah dengan ukiran dan tatahan nirmala ala Tiongkok. Fungsinya untuk menerima tamu pejabat setempat dan tokoh masyarakat maupun pengusaha. Sebuah taman bunga kecil memisahkan bagian ruangan depan dan ruangan belakang. Tulisan “Jian Long” berwarna emas terpampang di tengah-tengah pintu masuk, diiringi sepasang Duilian ukiran kilap gemilau di dua sisi, tulisan masing-masing tertera di atasnya.

Ruangan belakang merupakan altar abu leluhur, terpajang patung Buddha dan dewa beserta papan nama para leluhur. Seperti ruangan depan, terdapat pula sebuah taman kecil di bagian belakang ruangan, mengelilingi belasan kamar tidur bagian barat yang tersusun dalam bentuk alfabet U. Tempat istirahat anak cucu keluarga Xie terletak di sana. Sebuah koridor menghubungkan semua Kamar tidur dan ruangan depan belakang agar bebas dari sengatan matahari dan curah hujan. Kedua sisi koridor dihiasi ornamen berbagai corak menciptakan pandangan yang pesona.

Bangunan nuansa antik yang didirikan Xie Shou Shi (alias Xie Zhong Shou, Xie Shou, Xie Feng Chen), sang leluhur perintis pertama marga Xie di Singkawang, sudah berumur 105 tahun namun masih berdiri kokoh. Hingga kini sudah menjelang tujuh generasi masih menetap di situ dan meneruskan dan generasi ke generasi. Demi memelihara harta benda leluhur dan melestarikan benda bersejarah budaya corak original Tionghoa, sekaligus merespon kebijakan Pemkot Singkawang yang menetapkan kota Singkawang sebagai pusat kebudayaan Tionghoa untuk mengembangkan industri pariwasata setempat.

Tahun 2002, marga Xie yang bermukim di Singkawang dan terpencar di berbagai daerah mengukuhkan jajaran “Dewan Pengelola Dana Rumah Leluhur Xie Xie Sheng” yang didirikan 1982, sekaligus menyelenggarakan kegiatan peringatan 101 tahun berdirinya rumah tersebut. Dengan harapan anak cucu akan berbakti dan mentaati wejangan leluhur dan meneruskan dan mengembangkan tradisi
maupun prestasi yang Iebih cemerlang.

Sunday, April 11, 2010

Pusat Industri Keramik "Sakok"



























Place: Sentra kerajinan keramik 'SINAR TERANG'.
Photo by: izy

Wednesday, April 7, 2010

Air Terjun Sibohe

Air terjun sibohe dan kolam renang bidadari berada di desa pejintan singkawang timur, kurang lebih 6 km dari kota singkawang. Keindahan air terjun pada jam 13.00 sinar matahari masuk ke kolam tersebut yang kiri kanannya ada batu dan akar pohon setinggi 9 m dengan lebar kolamnya seluas 18 M persegi, melahirkan warna merah yang indah..Datanglah ke Kota Singkawang...nikmati mandi di air terjun tropis Singkawang, Kalimantan Barat.

Monday, April 5, 2010


Taman Rekreasi BUKIT BOUGENVILLE merupakan objek wisata yang menawarkan pesona keindahan alam dan keindahan berbagai jenis tanaman. Lebih dari 42 varietas bunga Bougenville tumbuh dan dikembangkan disini, ditambah beraneka-ragam jenis tanaman hias lainnya termasuk anggrek-anggrek spesies khas Kalimantan.

Terletak di kelurahan Sijangkung, kecamatan Singkawang selatan; 07 kilometer arah selatan kota Singkawang, Kalimantan Barat, Taman Rekreasi Bukit Bougenville dapat ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 15 menit berkendaraan.

Dengan desain-desain natural yang menyatu dengan alam, kami coba menghadirkan nuansa berekreasi yang berbeda untuk anda.

Berlokasi dilembah, menghadap ke arah gunung Passi serta dikelilingi alam pedesaan yang asri, Taman Rekreasi Bukit Bougenville menawarkan keindahan alam yang sangat menyejukan bagi anda dan keluarga. Disini anda dan keluarga dapat menikmati sejuknya hawa perbukitan, keindahan beragam jenis bunga dan tanaman-tanaman hias, serta keanekaragaman anggrek-anggrek spesies khas Kalimantan Barat, diantaranya Anggrek Hitam Kalimantan; beragam jenis Nephentes atau yang biasa kita sebut kantung semar, anggrek Kuping Gajah serta jenis-jenis flora lainnya yang ditata dengan apik dan menawan, memberikan kesan sejuk dan tenang.

Friday, April 2, 2010

Gunung Poteng


Gunung Poteng adalah salah satu kawasan yang termasuk dalam hutan Cagar Alam Raya Pasi dengan luas 3.700 ha yang telah ditetapkan sesuai SK Menhut Nomor 111/Kpts-II/1990 pada tanggal 20 Mei 1978 ini memiliki beraneka ragam pesona alam yang indah. Di kawasan inilah tempat tumbuhnya bunga rafflesia tuan mudae, anggrek singkawang (Dendrobium Singkawangense), bunga law belacan (Rhizanthes Zippelii)serta berbagai jenis fauna seperti beruang madu, trenggiling dan landak. Gunung Poteng adalah tempat wisata alam yang sangat menarik untuk di kunjungi serta sering menjadi media untuk para pendaki dan penjelajah hutan mengekspresikan hobi bertualangnya. Dulunya, Gunung Poteng yang letaknya hanya 9 kilometer sebelah timur Kota Singkawang ini kondisinya masih dalam keadaan alami. Namun, saat ini sejumlah kerusakan ekosistem dan habitat terjadi di kawasan tersebut yang disebabkan penebangan yang dilakukan secara ilegal tanpa memikirkan dampak sosialnya bagi kelangsungan mahluk hidup lainnya.Selain itu, kurangnya perhatian terhadap kawasan Gunung Poteng, membuat pengunjung kurang betah berlama-lama, seperti rusaknya infrastruktur jalan menuju lokasi dan sarana pendukung lainnya untuk pengembangan kawasan. Sehingga hal ini menjadi agenda Pemkot Singkawang untuk lebih memperhatikannya.Sebab keaslian alam serta keunikan yang terdapat di kawasan tersebut akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menanamkan modalnya yang dapat menimbulkan multiplier effect bagi pembangunan daerah sehingga kesejahteraan masyarakat terwujud.

Share On Facebook

Labels